BATU EMPEDU (GALLSTONE)

Batu empedu (Gallstone) sebetulnya bukan penyakit baru, namun kebanyakan orang-orang dengan batu-batu empedu tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala dan tidak sadar atas batu-batu empedu mereka, karena batu empedu jarang membuat “olah”. Bahkan seandainya tidak terjadi komplikasi biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan. Kadang gejala-gejala adanya batu empedu mungkin nampak setelah bertahun-tahun tanpa terjadi gejala-gejala yang signifikan. Jadi, melalui suatu periode dari lima tahun, kira-kira 10% dari orang-orang dengan batu-batu empedu yang diam akan mengembangkan gejala-gejala. Sekali gejala-gejala berkembang, mereka kemungkinan berlanjut dan seringkali akan memburuk.

Penderita batu empedu biasanya merasakan nyeri yang hilang timbul dan biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan berpantang makanan yang berlemak. Namun apabila pola makan sudah diubah dan tidak dapat mengatasi serangan nyeri yang berulang, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi).

Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan penderita menjadi kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu melakukan pembatasan makanan. Dari sebuah sumber (http://medicastore.com) dikatakan hanya 1-5 orang dari 1000 orang meninggal setelah menjalani kolesistektomi.

Kalesistektomi Laparoskopik yang dilakukan kepada penderita telah mencapai angka 90%, dengan teknik ini kandung empedu diangkat menggunakan selang yang dimasukkan melalui sayatan kecil diperut. Keuntungan metode tindakan operasi seperti ini adalah:
1. Mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
2. Memperpendek masa perawatan di rumah sakit

Metode lain juga bisa dilakukan dengan hanya mengangkat batu empedunya saja. Teknik ini dikenal dengan istilah ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography). Dengan ECRP sebuah endoskop dimasukkan ke dalam mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, kemudian zat kontras radioopak dimasukkan ke dalam saluran empedu melalui selang sfingter oddi. Dengan sfingterotomi batu empedu di pindah ke dalam usus halus.

Batu-batu empedu mereka seringkali ditemukan sebagai suatu hasil dari tes-tes (contohnya, pemeriksaan ultrasound atau X-ray perut) yang dilakukan ketika mengevaluasi kondisi-kondisi medis lain daripada batu-batu empedu. Dengan pemeriksaan USG atau kolesistografi ditambah zat kontras radioopak yang ditelan, diserap usus halus dan dibuang ke dalam empedu dan di simpan ke dalam kandung empedu. Efek dari zat kontras radioopak ini adalah jika kandung empedu tidak berfungsi, maka zat kontras tidak akan Nampak, tetapi jika kandung empedu berfungsi, maka batas luar kandung empedu akan nampak pada hasil foto rontgen yang dilakukan.

Pemeriksaan lanjutan mungkin saja dapat dilakukan untuk memastikan ada tidaknya batu empedu dengan melalui metode CT Scan dengan menggunakan zat kontras radioopak.
Selain melalui upaya pengangkatan terdapat metode lain bagi penderita yang belum parah mengalami serangan nyeri yang berulang yaitu :

1. Pelarutan dengan metal-butil-eter
2. Pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi)
3. Pemecahan dengan sinar laser
4. Pelarutan dengan asam empedu menahun (asam kenodiol)

Diantara gejala-gejala yang tidak disebabkan oleh batu-batu empedu adalah: 1.dyspepsia (termasuk kembung perut dan ketidakenakan setelah makan),
2.ketidaktoleranan pada makanan-makanan berlemak,
3.bersendawa, dan
4.membuang gas atau kentut.

Gejala-gejala yang paling umum dari batu-batu empedu adalah biliary colic. Biliary colicadalah suatu tipe nyeri yang sangat spesifik, terjadi sebagai gejala utama atau gejala satu-satunya pada 80% dari orang-orang penderita batu empedu. Gejala yang timbul biasanya terdapat nyeri yang berulang (hilang timbul) atau disebut dengan istilah nyeri kolik. Nyeri timbul secara perlahan hingga sampai puncaknya kemudian secara bertahap hilang dengan sendirinya. Nyeri bersifat tajam dan hilang timbul, bisa berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan tetapi paling banyak dirasakan di perut atas bagian sebelah kanan dan bisa menjalar ke arah bahu kanan.

Paling umum, biliary colic dirasakan ditengah perut bagian atas tepat dibawah sternum. Lokasi kedua yang paling umum untuk nyeri adalah kanan perut bagian atas tepat dibawah pinggiran dari tulang-tulang rusuk. Adakalanya, nyeri juga mungkin dirasakan pada punggung pada ujung yang lebih bawah dari scapula pada sisi kanan. Pada kejadian-kejadian yang jarang, nyeri mungkin dirasakan dibawah sternum dan disalah artikan sebagai angina atau suatu serangan jantung. Suatu episode dari biliary colic mereda secara berangsur-angsur sekali batu-batu empedu berpindah didalam saluran sehingga ia tidak lagi menghalangi.

Penderita sering kali merasa mual dan muntah, hal ini yang sering penderita awam menyangka hanya sekedar sakit maag. Jika terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran empedu, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit kuning (jaundice). Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi. Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat penyumbatan kandung empedu.

Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya peradangan kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri, jaundice dan mungkin juga infeksi.

Kadang nyeri yang hilang-timbul kambuh kembali setelah kandung empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di dalam saluran empedu utama. Ketika tanda-tanda dan gejala-gejala dari akibat adanya batu-batu empedu terjadi pada hakikatnya selalu karena batu-batu empedu menghalangi saluran-saluran empedu.

Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani. Dapat mengkonsumsi obat yang menekan sintesis dan sekresi kolesterol di hati. Obat yang sering digunakan tersebut adalah Ursodiol