Showing posts with label dunia anak. Show all posts
Showing posts with label dunia anak. Show all posts

CELANAKU HILANG DI KANAL VAN DER WIJK



Terus terang saja kisahku ini terpicu oleh tulisan mbak Marul salah satu kompasianer yang menulis sebuah puisi tentang kanal Van der Wijk yang merupakan saudara kembar kanal Mataram. Kanal Van der Wijck masih terlihat kokoh hingga detik ini dan merupakan saluran irigasi utama wilayah Yogyakarta yang mengairi 20.000 ha sawah. Ibarat darah yang mengaliri seluruh tubuh.

Kanal Van der Wijck merupakan bagian dari bangunan bersejarah non gedung yang dicanangkan oleh Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Nama Van der Wijk diduga merupakan pemimpin pembangunan kanal yang dibangun tahun 1909. Kanal tersebut dibangun pada saat Ngayogyakarto Hadiningrat dipimpin oleh seorang Raja yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Sedangkan kisah yang akan aku ceritakan ini ketika aku masih sekolah SMP di bangku kelas III yang salah satu kegemaran aku dan kawan-kawanku adalah mandi di kanal Van der Wijk tersebut, maklumlah namanya di desa memang tidak ada yang namanya kolam renang apalagi water boom atau water byuuur yang seperti di Gunung Kidul saat ini. Walaupun jenis “fasilitas” di kanal Van der Wijk ini, sebetulnya tidak kalah dengan fasilitas di water boom yang membedakan hanyalah sisi kwalitas dan keamanan yang jelas jauh ketinggalan karena hampir semua alami dan tidak sengaja dibuat untuk itu. Jadi bisa kita bayangkan andrenalin kita bakalan terpompa habis, karena salah perhitungan nyawa pun bakal melayang, alias mati tenggelam.

Aku dan kawan-kawanku dapat leluasa memilih tempat untuk main seluncuran, main lompat salto, berenang di arus tenang, berenang di arus berputar, berenang di arus deras, yang dangkal maupun yang dalam seperti di teleng Kedung Prahu. Kami pun sering main perahu dengan gedebog (batang) pisang atau tubing dengan memakai ban dalam truk maupun dengan kain sarung pun biasa kita lakukan.

Saat itu tidak ada yang mengenal rasa takut bermain air di kanal Van der Wijk, karena mungkin factor usia yang baru SMP yang diketahui hanya rasa senang saja. Hal tersebut tentu saja berbeda dengan orang tua kami…. Ya mereka takut kalau anak-anaknya ada yang mati tenggelam, walaupun kalau mau jujur mereka pun dulu juga melakukan hal serupa dengan anak-anaknya kini. Memang ada saja anak tetangga yang mati tenggelam namun juga tidak terlalu sering, meskipun demikian bagi semua orang tua juga akan mempunyai rasa kawatir yang sama terhadap anak-anaknya.

Oh ya aku mau berbagi sepenggal cerita yang tidak mungkin aku lupakan. Peristiwa membuat aku malu bingung walaupun sekarang malahan sering membuat aku ketawa kalau teringat kenakalanku waktu itu.

Seperti biasanya setelah aku pulang sekolah sehabis makan siang langsung ngabur bermain sama teman-teman sebayaku. Namanya anak desa memang tidak mengenal tidur siang apalagi pulang sekolah langsung kursus…..wah bisa membuat rambutku keriting kali. Siang hari kami bermain dari sekitar jam 13.00 sampai datangnya sholat Ashar, bahkan kadang sampai menjelang magrib juga belum pulang kalau tidak dicariin sama orang tua dengan gebukannya di tangan. Dan biasanya jika melihat salah satu dari orang tua kami ada yang datang, kami pun serentak lari bubar ke rumah masing-masing.

Namun saat itu, setelah aku pulang sekolah bersama teman-temanku langsung bersama-sama bersepeda pergi ke kanal Van der Wijk untuk berenang, yang tentu saja aku tidak minta izin ke orang tua karena bakalan dilarang mandi di kanal tersebut. Dan kami berlima sepakat untuk berenang di arus yang deras, yaitu di talang di atas kali Putih atau sekitar pohon randu yang diceritakan oleh mbak Marul tadi.

Talang ini merupakan pipa besi berbentuk setengah lingkaran yang merupakan penghubung kanal dari sisi satu ke sisi yang lain karena melewati di atas kali Putih. Diameter yang kecil kalau tidak salah hanya 1.5 meter dengan panjang sekitar 10 meter menyebabkan arus air di talang tersebut cukup deras. Selain itu lebar kanal Van der Wijk, sebelum masuk ke talang melalui “buk renteng” lebarnya sekitar 3 atau 4 meteran.

Sesampainya di tempat tersebut kami pun langsung bergegas mencopot seluruh pakaian kami alias berbugil ria. Yach jangan heran waktu itu aturan harus berpakaian untuk berenang memang tidak ada seperti di water boom di kota besar saat ini, jadi ya terpaksa pakai kulit alami masing-masing. Pakaian kami diletakkan di pinggiran kanal dan kami pun asyik menikmati derasnya aliran kanal di Van der Wijk tersebut.

Dengan memanfaatkan dorongan air di atas talang kami pun menghanyutkan diri dari Talang sampai ke Teleng (Dam) kira-kira jaraknya 500 meter. Dan kembali ke tempat semula dengan jalan berlarian di sepanjang bibir kanal tersebut, karena kalau lewat jalan air tidak mungkin melawan kuatnya arus air. Jadi ya berbugil ria lagi terus masuk ke air lagi, terus menghanyutkan diri lagi begitu dilakukan sampai kami pun bosan.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sore waktunya pulang, sebelum kena marah orang tua. Kami bergegas memakai pakaian masing-masing. Namun aku mulai kebingungan, karena sedari tadi celingukan mencari-cari celana kok nggak menemukan, sementara keempat temanku sudah bersiap di atas sepeda masing-masing.

Setelah aku cari dan tanyakan ke teman-temanku, aku berkesimpulan celana hilang mungkin tertiup angin terus jatuh ke air dan hanyut entah kemana. Waduh bingung nih…gimana pulangnya, masa sepanjang jalan raya naik sepeda tanpa celana….apa kata dunia?.. Hampir menangis rasanya membayangkan hal tersebut.

Setelah berembug dengan teman-temanku, kemudian seorang temanku segera pulang mengambil celana untuk dipinjamkan ke diriku. Hemm…lega rasanya dan kami pun bisa pulang bersama-sama dengan naik sepeda.

Artikel ini ditulis kembali oleh Nur Hudda Elhasani dengan judul semula "Malu, Di Kanal Van Der Wijk http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/03/malu-di-kanal-van-der-wijk-539649.html

MEDIA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN AKHLAQ

bisa klik di sini

Catatan: Ahmad Rusydi, S.Sos.I.,S.Psi.,MA.Si. merupakan salah satu staf guru di SDIT Ibnu Sina Jakarta

MENINGKATKAN CARA BERPIKIR KRITIS PADA ANAK

Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis pada masyarakat akan berdampak pada perubahan hierarki social ekonomi masyarakat. Oleh karena itu bagi generasi yang mempunyai pemikiran yang kritis akan melihat dan mempertanyakan segala sesuatu yang secara logis tidak benar. Mereka tidak dapat diindoktrinasi untuk menganut suatu pandangan tertentu saja, sebaliknya mereka dapat diajak berpartisipasi untuk bersama menentukan cara mengatur dan mengelola sesuatu dengan segala risikonya.

Dalam banyak Negara terutama Negara maju, pola pendidikan sudah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan berpikir kritis ini telah berlangsung intensif dan berhasil membuka cakrawala baru bagi masyarakat dalam menerapkan teknologi maju dan penyebaran penemuan-penemuan baru lainnya.

Melihat perkembangan dunia saat ini dengan era globalisasi dan demokrasi, maka para orang tua pun juga harus mempersiapkan waktu dan mau berkomunikasi dengan anak sejak anak mulai menginjak usia 7 tahun. Sikap kritis anak kian membesar dengan tercermin kian membesarnya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan terhadap hal-hal yang dianggapnya menarik perhatian anak.

Menciptakan budaya berpikir kritis di rumah dapat dilakukan orang tua melalui pembiasaan seperti mengajukan berbagai pertanyaan, mengajarkan anak untuk merangkul perbedaan, mengajarkan anak untuk menjaga milik pribadi, memberikan lingkungan penuh kasih, memahami pemberontak dan lain sebagainya. Bagi orang tua yang menghambat daya pikir kritis anak akan mengakibatkan anak menjadi pasif dan tidak berani berpikir untuk mengadakan perubahan dan inovasi.

Orang tua yang tidak siap terhadap kemampuan anak yang berpikir kritis juga akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan perannya sebagai orang tua. Akibatnya yang muncul adalah pemikiran negative terhadap anak, misalnya anak dianggap suka berdebat, pandai berargumentasi, pemberontak dan sebagainya.

Mengapa anak perlu berpikir kritis?

Anak yang berpikir kritis akan mampu menentukan sikap dan memiliki pendirian yang tepat terhadap dinamika perubahan zaman yang terus berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Tanpa sikap kritis dan selektif anak akan dengan mudah terpengaruh dengan berbagai propaganda yang ada, sehingga tidak mampu menfilter terhadap pengaruh-pengaruh negative bagi dirinya dan masa depannya.

Cara meningkatkan daya pikir kritis pada anak
Metode yang tepat untuk meningkatkan daya pikir kritis pada anak adalah dengan melakukan pendekatan melalui strategi kognitif. Strategi kognitif ini lebih menekankan pada proses pemikiran bukan pada hasil akhir dari suatu pembelajaran.
Strategi kognitif khusus yang diarahkan untuk menumbuhkan cara berpikir kritis dapat dilakukan dengan melatih seperangkat kemampuan makro dan ketrampilan mikro kognitif, sehingga dapat memperlihatkan hasil yang efektif dalam mengasah kemampuan berpikir kritis dari anak.

Kategori melatih kemampuan makro antara lain dengan cara membangun perspektif, mengklarifikasi isu, menganalisis maksud dan tindakan, membuat criteria/standard, mempertanyakan, menggeneralisasi, penalaran logis, membaca dan menulis kritis. Sedangkan strategi kognitif dalam kategori melatih ketrampilan mikro antara lain membandingkan dan mengkontraskan, mencari perbedaan dan persamaan, membedakan fakta yang relevan dan tidak relevan, mengevaluasi bukti, mengeksplorasi implikasi dan konsekuensi.

Strategi-strategi pendekatan yang bersifat kognitif tersebut sangat mendukung dan relevan untuk membangun kemampuan berpikir kritis anak dengan hasil yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a.Berpikir secara jelas (mencari kejelasan atas suatu sumber informasi, pendapat dan argument)
b.Akurat (keakuratan suatu pernyataan)
c.Tepat (ketepatan data-data pendukung)
d.Relevan (relevansi antara jawaban dengan pertanyaan yang diajukan)
e.Dalam dan luas (kedalaman dan keluasan suatu pernyataan yang diberikan)
f.Berfikir secara logis

HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

b. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.

c. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang

PENTINGNYA PERMAINAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Anak usia dini merupakan tahapan penting kehidupan dalam hal perkembangan anak secara fisik, intelektual, emosional dan sosial. Pertumbuhan kemajuan kemampuan mental dan fisik pada tingkat menakjubkan dan proporsi yang sangat tinggi dari pembelajaran terjadi dari lahir sampai usia enam tahun. Ini adalah saat ketika anak-anak sangat membutuhkan perawatan pribadi berkualitas tinggi dan pengalaman belajar.

Pendidikan dimulai dari saat anak itu dibawa pulang dari rumah sakit dan terus pada saat anak mulai menghadiri kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Kemampuan belajar dari manusia terus berkembang selama sisa hidup mereka tetapi tidak pada intensitas yang ditunjukkan dalam tahun-tahun prasekolah. Dengan pemikiran ini, bayi dan balita membutuhkan pengalaman positif pembelajaran dini untuk membantu perkembangan intelektual, sosial dan emosional dan ini meletakkan dasar untuk keberhasilan sekolah nanti.

Tiga Tahun Pertama


Selama tiga tahun pertama orang tua akan menjadi pengaruh utama, pembelajaran pada anak dan pendidikannya. Apa yang orang tua lakukan pada anak-anak mereka untuk memiliki dampak yang besar pada perkembangan anak. Orang tua kadang-kadang lupa bahwa orangtua yang perhatian dapat memiliki dampak yang luar biasa pada pendidikan anak pada usia berapa pun. Jika orang tua memilih untuk berpartisipasi dalam pengembangan anak usia dini dalam kelompok Ibu dan Balita atau pengaturan perawatan anak, termasuk menjaga keluarga atau pusat penitipan anak berbasis informal, semua ini memiliki potensi untuk memberikan kualitas tinggi, individual, responsif, dan merangsang pengalaman yang akan mempengaruhi proses belajar anak. Dengan pemikiran ini, seorang anak dengan pembelajaran negatif juga dapat mengakibatkan dampak negatif juga. Fakta ini membuat penting bahwa lingkungan yang positif pada anak yang ditempatkan pada tahun-tahun pertama akan merangsang perkembangan intelektualnya. Begitu pula hal-hal yang akrab dalam rutinitas sehari-hari yang pengasuh berikan akan kuat tertanam dalam diri anak.

Perkembangan anak usia dini adalah salah satu alat pertama bahwa seorang anak akan memulai pendidikan seumur hidupnya. Tanpa bicara pada awalnya, bayi dan balita mulai mengenal benda akrab dan merumuskan hukum-hukum yang sistematis yang mengatur sifat mereka. Dengan dorongan melalui kebiasan dan interaksi, balita segera belajar kosa kata.


Hal ini sangat berguna untuk memahami bagaimana bahasa terbentang. Kata-kata pertama yang balita belajar biasanya nama-nama orang yang akrab dan benda-benda di sekitar mereka. Kemudian mereka mempelajari kata-kata yang berfungsi untuk tindakan. Hanya kemudian mereka mulai memiliki kata-kata yang menggambarkan dunia mereka dan tentang ide-ide. Perkembangan ini biasanya di bagian kedua dari tahun kedua kehidupannya. Orang tua atau pengasuh dapat memiliki dampak yang luas pada perkembangan bicara pada anak.

Setiap pengasuh bisa, dengan kebiasaan yang tepat, membantu bayi dan balita memahami bahasa dan keaksaraan. Pengasuh membutuhkan jumlah kehadiran, waktu, kata, alat peraga, dan motivasi untuk berbagi bahasa dan keaksaraan dengan bayi dan balita. Semua tadi merupakan lima hal yang penting tetapi tindakan fisik seperti membereskan mainan atau berbaris di prasekolah menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan. Bahkan perjalanan ke toko kelontong bisa diubah menjadi pelajaran kosakata tentang warna dan nama-nama buah-buahan.


Pentingnya bermain


Beberapa ahli perkembangan anak setuju bermain yang sangat penting dalam pembelajaran dan perkembangan emosional dari semua anak. Bermain adalah multi-faceted. Meskipun harus menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak, seringkali banyak keterampilan bisa dipelajari melalui bermain. Bermain akan membantu perkembangan anak usia dini untuk belajar keterampilan, hubungan sosial, dan perkembangan nilai-nilai etika. Bermain harus selalu dianggap sebagai bagian penting dari anak pada pendidikan awal.


Fungsi bermain membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan motorik dan praktek. Semacam ini biasanya dilakukan bermain dengan mainan atau benda yang stackable, bisa diisi dengan air atau pasir atau bermain di luar ruangan. Bermain air atau pasir merupakan permainan favorit bagi kalangan anak-anak pra-sekolah dan alat pengajaran berharga. Sekitar 50% dari jenis permainan dapat diberikan pada anak-anak balita.


Bermain konstruktif ditandai dengan membangun atau menciptakan sesuatu. Mainan yang mendorong jenis ini bermain adalah teka-teki sederhana, bangunan blok, kegiatan kerajinan sederhana, dan boneka. Biasanya 4 atau 5 tahun anak-anak berusia menikmati jenis permainan, dan akan menjadi hal yang menyenangkan di dalam kelas pertama dan kedua pendidikan anak usia dini di Indonesia.


Tangan dan jari-jari merupakan alat terbaik untuk menuangkan seni pertamanya. Segera mereka akan mengelola kuas cat tebal, potongan spons, krayon lilin, dan kapur keren. Hal ini juga disarankan agar menghindari hal yang terburu-buru yang mengintruksikan seorang anak untuk membuat sesuatu yang khusus. Membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan mendorong pengambilan keputusan individual. Balita juga menikmati bermain adonan karena mereka bisa mendapatkan tangan dan jari untuk menusuk, rolling, dan membentuk. Jenis permainan ini akan mengembangkan kemampuan berpikir, penalaran, pemecahan masalah, dan kreativitas.


Permainan memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka dan peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Biasanya seorang anak akan mengubah diri atau benda bermain dalam seseorang atau sesuatu yang lain. Jenis permaian akan populer dengan anak-anak di TK-TK dan dan cenderung memudar saat mereka memasuki sekolah dasar. Membantu emosi anak dalam bermain, akan membantu proses dalam hidup mereka pada masa perkembangan awal dalam kaitanya dengan keterampilan sosial, belajar nilai-nilai, keterampilan bahasa, dan mengembangkan imajinasi mereka. Karena keterampilan teater penting untuk dikembangkan dengan upaya-upaya untuk mendorong anak-anak agar mudah mengekpresikan dirinya.

Permainan yang memiliki struktur tertentu atau aturan tidak menjadi dominan sampai anak-anak mulai memasuki sekolah dasar. Papan permainan, permainan kartu sederhana, permainan bola atau permainan lompat yang memiliki aturan khusus akan mengajarkan kerjasama anak-anak, saling pengertian, dan berpikir logis.


Taman bermain bisa berubah menjadi pengalaman belajar bagi anak. Meskipun taman bermain tradisional memiliki unsur-unsur tertentu, elemen-elemen ini dapat menimbulkan suatu tidak aman untuk anak Anda, jika peralatan tidak benar-benar diawasi atau dibangun dari bahan yang tidak aman. Untuk menyediakan lingkungan yang aman adalah penting yang memungkinkan aktivitas motorik kasar dilakukan oleh anak-anak, sehingga membutuhkan pertimbangan pada saat pembuatan peralatan bermain.

Unsur-unsur berikut telah ditemukan tidak aman bagi anak:



* Metal slide dapat menyebabkan luka bakar ketika mereka terkena sinar matahari langsung. Sinar matahari yang intens dalam iklim tropis memanaskan logam pada suhu yang sangat tinggi.

* Slide terowongan membuat sulit observasi dan dapat memungkinkan salahsatu anak memanjat di atas terowongan tertutup dan jatuh keluar terowongan.

* Seesaws Tradisional bisa mengakibatkan luka-luka ketika seorang anak tiba-tiba melompat.

* Swings, dengan ayunan ban, akan mudah dapat mendorong anak yang sedang menunggu antrian dan menyebabkan cedera, sedangkan ayunan kursi plastik menimbulkan efek yang jauh lebih rendah untuk menyakiti anak.
Hal-hal yang harus dicari dalam suatu Kurikulum Prasekolah

Adalah penting bahwa ketika mempertimbangkan fasilitas pendidikan awal, pengasuh dan guru dalam fasilitas tersebut memiliki pengetahuan mendukung budaya bahasa dan keaksaraan belajar anak-anak dan keluarga mereka. Mereka perlu memiliki keterampilan yang memadai dalam memandu kelompok-kelompok kecil anak-anak dalam rangka untuk memberikan perhatian penuh kepada bahasa dan keaksaraan dari individu anak-anak muda tersebut. Mereka harus mampu memotivasi anak-anak pemalu, sementara mereka juga harus dapat membantu anak-anak agresif untuk mulai mendengarkan orang lain. Pengasuh atau guru perlu mengatur lingkungan yang kaya simbol dan menarik bagi bayi dan balita. Bahkan pembicaraan sederhana menjadi pelajaran literasi saat itu mencakup kehangatan hubungan digabungkan dengan kata-kata, konsep mereka, dan mungkin simbol grafis.


Pendidikan usia dini satu tahun awal, perlu hati-hati dalam penyusunan kurikulum yang terstruktur. Dalam kurikulum tersebut, harus ada tiga focus utama yaitu pengelompokan dengan titik awal yang berbeda untuk anak-anak dalam mengembangkan pembelajaran mereka, membangun apa yang mereka sudah dapat lakukan; konten yang relevan dan sesuai serta cocok dengan tingkat yang berbeda dari kebutuhan anak muda, dan direncanakan dengan tujuan kegiatan yang memberikan kesempatan untuk mengajar dan belajar baik di dalam ruangan dan luar ruangan.


Jika anak Anda berusia antara tiga dan enam dan mengikuti program prasekolah atau taman kanak-kanak, Asosiasi Nasional untuk Pendidikan Anak Muda (NAEYC) menyarankan Anda mencari 10 tanda-tanda ini untuk memastikan anak Anda di kelas yang baik.


1. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka bermain dan bekerja dengan bahan atau anak-anak lainnya. Mereka tidak berkeliaran tanpa tujuan dan mereka tidak diharapkan untuk duduk diam untuk jangka waktu yang lama.

2. Anak-anak memiliki akses ke berbagai kegiatan sepanjang hari. Carilah berbagai macam bangunan dan bahan konstruksi lainnya, alat peraga untuk bermain teater, buku gambar, cat dan bahan-bahan seni lainnya, dan meja mainan seperti permainan pencocokan, pegboards, dan teka-teki. Semua anak-anak tidak harus selalu melakukan kegiatan yang sama pada waktu yang sama.

3. Guru yang bekerja dengan anak-anak yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil pada waktu yang berbeda sepanjang hari. Mereka tidak menghabiskan waktu mereka dengan seluruh kelompok.

4. Ruang kelas yang dihiasi dengan karya asli anak-anak, tulisan mereka sendiri dengan ejaan ditemukan, dan cerita ditentukan oleh anak-anak untuk guru.

5. Anak-anak belajar angka dan huruf dalam konteks pengalaman sehari-hari mereka. Dunia alam tumbuhan dan hewan dan kegiatan yang berarti seperti memasak, mengambil kehadiran atau melayani makanan ringan memberikan dasar bagi kegiatan belajar.

6. Anak-anak bekerja pada proyek dan memiliki jangka waktu yang lama (setidaknya satu jam) untuk bermain dan mengeksplorasi.

7. Anak-anak memiliki kesempatan untuk bermain di luar setiap hari. Outdoor bermain tidak pernah dikorbankan hanya untuk waktu pembelajaran tertentu saja.

8. Guru membaca buku-buku untuk anak-anak secara individual atau dalam kelompok-kelompok kecil sepanjang hari, tidak hanya pada saat kelompok cerita.

9. Kurikulum disesuaikan bagi mereka yang maju dan juga mereka yang membutuhkan bantuan tambahan. Guru mengakui bahwa latar belakang yang berbeda dan pengalaman anak-anak berarti bahwa mereka tidak belajar hal yang sama pada waktu yang sama dengan cara yang sama.

10. Anak-anak dan orangtua mereka berharap untuk sekolah bahwa orangtua merasa aman telah mengirim anak mereka ke program sekolah. Anak-anak senang untuk datang ke sekolah, mereka tidak menangis atau mengeluh rasa sakit.