HUTANKU GUNDUL

Kering, panas dan banjir sekarang kata-kata ini sering terdengar dimana-mana, bahkan di Kalimantanpun tidak mau kalah dengan kota besar lainnya yang sering di rundung banjir. Kenapa kota dan desaku tidak bersahabat lagi? Cobalah tanyakan kepada rumput yang bergoyang (kata Ebiet G Ade).

Global Warming
atau Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Perbedaan suhu udara sekarang dibanding dengan 20 tahun yang lalu akan dengan mudah kita rasakan, apabila kita berwisata ke tempat-tempat dataran tinggi seperti Plawangan (Lereng Gunung Merapi) dan juga di Palutungan (Lereng Gunung Ciremai). Pada kedua daerah wisata tersebut sudah tidak dingin seperti dahulu lagi, tetapi masih lumayan sejuklah dibanding tempat wisata di Jakarta.

Pengunaan bahan kimia yang berpotensi merusak Ozon (O3) oleh industri AC, parfum dan industry kimia lainnya sampai kini masih sebagian kecil saja yang peduli untuk mengganti bahan-bahan kimia perusak Ozon tadi. Efek rumah kaca tidak dapat dihindari lagi seandainya perilaku kita tidak berubah untuk lebih memperhatikan lingkungan yang akan kita wariskan ke anak cucu ini.

Pemanasan global juga dipicu dengan banyaknya illegal logging, reboisasi yang ala kadarnya di bekas-bekas hutan tanaman industry, di samping itu juga penebangan pohon-pohon peneduh di lahan / pekarangan masyarakat sendiri dengan alasan karena butuh uang atau justru anggapan bahwa pohon-pohon yang ditebang hanyalah yang tidak bernilai ekonomis saja.

Majunya teknologi dalam menghasilkan alat-alat penebangan pohon juga memudahkan orang untuk menebang pohon jenis dan ukuran apa saja baik di pekarangan maupun hutan belantara. Di desa-desa lereng Merapi banyak kita jumpai usaha penebangan atau penggergajian pohon. Peralatan dari sekedar kampak, chainsaw (gergaji mesin tangan) maupun “circle” merupakan istilah yang popular untuk mesin pemotong dan pembelah kayu yang dioperasikan di atas bekas kendaraan roda empat yang sudah dimodifikasi.
Usaha penebangan pohon ini merupakan usaha kecil tetapi kalau dilakukan oleh banyak orang dan tidak ditata serta diberikan rambu-rambu tentu saja dapat dikatakan sebagai salah satu ancaman serius hilangnya pohon-pohon (deforestasi) di pedesaan . Dahulu desa-desa di lereng Merapi masih begitu asri dengan kicauan burung yang bersahutan-sahutan, sekarang sudah panas, penuh dengan perumahan, lapangan golf bahkan beberapa industry juga merambah ke pedesaan.

Faktor utama pendorong tingginya penebangan pohon-pohon (deforestasi) di Indonesia adalah pembalakan liar untuk industri kertas, kayu, dan pembukaan lahan gambut untuk perluasan kelapa sawit. Padahal, banjir, kekeringan, dan perubahan pola iklim akan memengaruhi ketahanan pangan pula. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan tiga per empat luas kawasan hutannya. Dari jumlah tersebut, 40 persennya telah hilang sama sekali.

Di samping itu di kota-kota besar masih banyak Insiyur-Insiyur yang membuat konsep rumah dan gedung tanpa menggunakan pohon-pohon besar sebagai perindang sekaligus merupakan satu kesatuan konsep karya arsitekturnya. Banyak alasan kenapa mereka enggan menjadikan pohon-pohon besar masuk dalam kesatuan konsep mahakarya, karena tanah di kota besar sangat berharga jadi sayang kalau dibiarkan jadi taman saja dan alasan kedua pohon-pohon besar hanya akan merusak struktur bangunan saja disamping juga dikatakan akan mengganggu keindahan lingkungan.

Sampai saat ini memang kesadaran untuk menanam pohon masih rendah dengan dibarengi berbagai alasan dari susahnya bibit, tidak ada lahan sampai bahkan alasan hanya akan mengurangi keindahan lingkungan saja. Padahal dengan adanya kemajuan industry berarti akan menambah jumlah karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang akan terlepas di udara sekitar kita. Pepohonan di hutan maupun desa berfungsi sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen (O2). Dengan tidak adanya pepohonan akan menyebabkan karbon-karbon tadi tetap di udara, sehingga ujung-ujungnya akan menjadikan bumi makin panas dan tidak nyaman untuk ditinggali lagi.