Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
b. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
c. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang
HUTANKU GUNDUL
Kering, panas dan banjir sekarang kata-kata ini sering terdengar dimana-mana, bahkan di Kalimantanpun tidak mau kalah dengan kota besar lainnya yang sering di rundung banjir. Kenapa kota dan desaku tidak bersahabat lagi? Cobalah tanyakan kepada rumput yang bergoyang (kata Ebiet G Ade).
Global Warming atau Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Perbedaan suhu udara sekarang dibanding dengan 20 tahun yang lalu akan dengan mudah kita rasakan, apabila kita berwisata ke tempat-tempat dataran tinggi seperti Plawangan (Lereng Gunung Merapi) dan juga di Palutungan (Lereng Gunung Ciremai). Pada kedua daerah wisata tersebut sudah tidak dingin seperti dahulu lagi, tetapi masih lumayan sejuklah dibanding tempat wisata di Jakarta.
Pengunaan bahan kimia yang berpotensi merusak Ozon (O3) oleh industri AC, parfum dan industry kimia lainnya sampai kini masih sebagian kecil saja yang peduli untuk mengganti bahan-bahan kimia perusak Ozon tadi. Efek rumah kaca tidak dapat dihindari lagi seandainya perilaku kita tidak berubah untuk lebih memperhatikan lingkungan yang akan kita wariskan ke anak cucu ini.
Pemanasan global juga dipicu dengan banyaknya illegal logging, reboisasi yang ala kadarnya di bekas-bekas hutan tanaman industry, di samping itu juga penebangan pohon-pohon peneduh di lahan / pekarangan masyarakat sendiri dengan alasan karena butuh uang atau justru anggapan bahwa pohon-pohon yang ditebang hanyalah yang tidak bernilai ekonomis saja.
Majunya teknologi dalam menghasilkan alat-alat penebangan pohon juga memudahkan orang untuk menebang pohon jenis dan ukuran apa saja baik di pekarangan maupun hutan belantara. Di desa-desa lereng Merapi banyak kita jumpai usaha penebangan atau penggergajian pohon. Peralatan dari sekedar kampak, chainsaw (gergaji mesin tangan) maupun “circle” merupakan istilah yang popular untuk mesin pemotong dan pembelah kayu yang dioperasikan di atas bekas kendaraan roda empat yang sudah dimodifikasi.
Usaha penebangan pohon ini merupakan usaha kecil tetapi kalau dilakukan oleh banyak orang dan tidak ditata serta diberikan rambu-rambu tentu saja dapat dikatakan sebagai salah satu ancaman serius hilangnya pohon-pohon (deforestasi) di pedesaan . Dahulu desa-desa di lereng Merapi masih begitu asri dengan kicauan burung yang bersahutan-sahutan, sekarang sudah panas, penuh dengan perumahan, lapangan golf bahkan beberapa industry juga merambah ke pedesaan.
Faktor utama pendorong tingginya penebangan pohon-pohon (deforestasi) di Indonesia adalah pembalakan liar untuk industri kertas, kayu, dan pembukaan lahan gambut untuk perluasan kelapa sawit. Padahal, banjir, kekeringan, dan perubahan pola iklim akan memengaruhi ketahanan pangan pula. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan tiga per empat luas kawasan hutannya. Dari jumlah tersebut, 40 persennya telah hilang sama sekali.
Di samping itu di kota-kota besar masih banyak Insiyur-Insiyur yang membuat konsep rumah dan gedung tanpa menggunakan pohon-pohon besar sebagai perindang sekaligus merupakan satu kesatuan konsep karya arsitekturnya. Banyak alasan kenapa mereka enggan menjadikan pohon-pohon besar masuk dalam kesatuan konsep mahakarya, karena tanah di kota besar sangat berharga jadi sayang kalau dibiarkan jadi taman saja dan alasan kedua pohon-pohon besar hanya akan merusak struktur bangunan saja disamping juga dikatakan akan mengganggu keindahan lingkungan.
Sampai saat ini memang kesadaran untuk menanam pohon masih rendah dengan dibarengi berbagai alasan dari susahnya bibit, tidak ada lahan sampai bahkan alasan hanya akan mengurangi keindahan lingkungan saja. Padahal dengan adanya kemajuan industry berarti akan menambah jumlah karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang akan terlepas di udara sekitar kita. Pepohonan di hutan maupun desa berfungsi sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen (O2). Dengan tidak adanya pepohonan akan menyebabkan karbon-karbon tadi tetap di udara, sehingga ujung-ujungnya akan menjadikan bumi makin panas dan tidak nyaman untuk ditinggali lagi.
Global Warming atau Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Perbedaan suhu udara sekarang dibanding dengan 20 tahun yang lalu akan dengan mudah kita rasakan, apabila kita berwisata ke tempat-tempat dataran tinggi seperti Plawangan (Lereng Gunung Merapi) dan juga di Palutungan (Lereng Gunung Ciremai). Pada kedua daerah wisata tersebut sudah tidak dingin seperti dahulu lagi, tetapi masih lumayan sejuklah dibanding tempat wisata di Jakarta.
Pengunaan bahan kimia yang berpotensi merusak Ozon (O3) oleh industri AC, parfum dan industry kimia lainnya sampai kini masih sebagian kecil saja yang peduli untuk mengganti bahan-bahan kimia perusak Ozon tadi. Efek rumah kaca tidak dapat dihindari lagi seandainya perilaku kita tidak berubah untuk lebih memperhatikan lingkungan yang akan kita wariskan ke anak cucu ini.
Pemanasan global juga dipicu dengan banyaknya illegal logging, reboisasi yang ala kadarnya di bekas-bekas hutan tanaman industry, di samping itu juga penebangan pohon-pohon peneduh di lahan / pekarangan masyarakat sendiri dengan alasan karena butuh uang atau justru anggapan bahwa pohon-pohon yang ditebang hanyalah yang tidak bernilai ekonomis saja.
Majunya teknologi dalam menghasilkan alat-alat penebangan pohon juga memudahkan orang untuk menebang pohon jenis dan ukuran apa saja baik di pekarangan maupun hutan belantara. Di desa-desa lereng Merapi banyak kita jumpai usaha penebangan atau penggergajian pohon. Peralatan dari sekedar kampak, chainsaw (gergaji mesin tangan) maupun “circle” merupakan istilah yang popular untuk mesin pemotong dan pembelah kayu yang dioperasikan di atas bekas kendaraan roda empat yang sudah dimodifikasi.
Usaha penebangan pohon ini merupakan usaha kecil tetapi kalau dilakukan oleh banyak orang dan tidak ditata serta diberikan rambu-rambu tentu saja dapat dikatakan sebagai salah satu ancaman serius hilangnya pohon-pohon (deforestasi) di pedesaan . Dahulu desa-desa di lereng Merapi masih begitu asri dengan kicauan burung yang bersahutan-sahutan, sekarang sudah panas, penuh dengan perumahan, lapangan golf bahkan beberapa industry juga merambah ke pedesaan.
Faktor utama pendorong tingginya penebangan pohon-pohon (deforestasi) di Indonesia adalah pembalakan liar untuk industri kertas, kayu, dan pembukaan lahan gambut untuk perluasan kelapa sawit. Padahal, banjir, kekeringan, dan perubahan pola iklim akan memengaruhi ketahanan pangan pula. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan tiga per empat luas kawasan hutannya. Dari jumlah tersebut, 40 persennya telah hilang sama sekali.
Di samping itu di kota-kota besar masih banyak Insiyur-Insiyur yang membuat konsep rumah dan gedung tanpa menggunakan pohon-pohon besar sebagai perindang sekaligus merupakan satu kesatuan konsep karya arsitekturnya. Banyak alasan kenapa mereka enggan menjadikan pohon-pohon besar masuk dalam kesatuan konsep mahakarya, karena tanah di kota besar sangat berharga jadi sayang kalau dibiarkan jadi taman saja dan alasan kedua pohon-pohon besar hanya akan merusak struktur bangunan saja disamping juga dikatakan akan mengganggu keindahan lingkungan.
Sampai saat ini memang kesadaran untuk menanam pohon masih rendah dengan dibarengi berbagai alasan dari susahnya bibit, tidak ada lahan sampai bahkan alasan hanya akan mengurangi keindahan lingkungan saja. Padahal dengan adanya kemajuan industry berarti akan menambah jumlah karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang akan terlepas di udara sekitar kita. Pepohonan di hutan maupun desa berfungsi sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen (O2). Dengan tidak adanya pepohonan akan menyebabkan karbon-karbon tadi tetap di udara, sehingga ujung-ujungnya akan menjadikan bumi makin panas dan tidak nyaman untuk ditinggali lagi.
TURBULENSI DALAM PERUSAHAAN
Di dalam dunia penerbangan istilah Turbulensi tidak asing lagi, makna turbulensi adalah gerak bergolak tidak teratur yg merupakan ciri gerak zat alir. Walaupun saat ini Turbulensi masih menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi para pilot, akan tetapi teknologi kedirgantaraan terutama melalui citra satelit dan radar canggih telah mampu mendeteksi zona turbulensi ini sehingga pilot dapat dengan mudah untuk menjalankan pesawat dengan aman. Namun sayangnya untuk pesawat-pesawat jenis perintis masih sedikit yang mempunyai radar pendeteksi zona turbulensi ini.
Turbulensi adalah kondisi di mana dalam kolom udara terjadi benturan masa udara yang datang dengan kecepatan yang cukup tinggi dan berasal dari berbagai arah yang tidak beraturan. Ada empat macam turbulensi, yaitu jet stream, clear air turbulance, wake turbulance, dan windshear.
Perusahaan kita dapat diibaratkan sebuah pesawat yang sedang terbang untuk mencapai bandara (tujuan tertentu). Dalam keadaan itu perusahaan kadang bisa jadi pernah masuk wilayah turbulensi atau malah saat ini organisasi anda masih berada dalam keadaan turbulensi. Apa yang harus kita lakukan ? Mungkin organisasi anda ibarat pesawat full atau sarat membawa penumpang. Dan tidak main-main penumpangnya adalah orang-orang yang pada level intelektualnya sudah tinggi yang sesungguhnya bisa anda mintai tolong untuk mengeluarkan pesawat dari kondisi turbulensi.
Tidak mudah untuk keluar dari zona turbulensi bagi pilot yang tidak berpengalaman atau mungkin malah tidak layak untuk menjadi seorang pilot dalam keadaan seperti ini sering kali malah ikut panik sehingga menyebabkan para penumpang kehilangan kepercayaan untuk tetap bertahan di dalam pesawat. Bayang-bayang tragedi kehancuran serta rasa tanggung jawab kepada keluarga di rumah, menyebabkan banyak penumpang yang nekat terjun “menyelamatkan” diri sendiri cuma (mohon maaf) menggunakan “parasut” atau alat penolong milik/ copyright/ branding/ stempel milik organisai atau perusahaan anda.
Pilot perusahaan anda harus segera melakukan langkah-langkah cepat untuk meyelamatkan pesawat dengan keluar dari kondisi turbelensi : Instruksi awal sekali adalah : JANGAN TINGGALKAN PESAWAT !!! DUDUK kembali ke kursi masing-masing sesuai dengan nomer tempat duduknya, dan pasang SABUK PENGAMAN !!!
Langkah berikutnya, Kenali problem atau penyebab turbulensi di perusahaan anda. agar mereka tetap dengan ikhlas duduk di kursi masing-masing dan merasakan bahaya bersama, menghadapi musuh bersama dan merasakan bahwa semua nya akan bisa diselesaikan tatkala kita dalam satu kebersamaan.
Jika perusahaan anda adalah termasuk perusahaan yang “birokratis” dan “feodal”, biasanya penyebab utama turbulensi adalah kebiasaan karyawan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sehingga waktunya sibuk untuk membicarakan orang lain, akhirnya merasa dirinya besar (tidak mau mendengarkan yang lain). Bahaya laten dari “ngrumpi” ini selain menurunkan kinerja karyawan itu sendiri, biasanya menyebabkan menghambat proses konsolidasi dan kordinasi antar organ yang ada di dalam perusahaan tersebut. Organ-organ yang ada telah tercemar oleh isu-isu yang tidak jelas kebenarannya disertai ketidak percayaan kepada para atasannya.
Jika dalam turbulensi pesawat karena putaran udara dari 2 arah, samahalnya di perusahaan anda terjadi “asimetris information” : informasi yang tidak jelas contentnya dan asal-usulnya juga tidak jelas. Sehingga kondisinya tidak kondusif dan orang yang cemerlang dalam berprestasi malah menyembunyikan prestasinya. Takut mendengar komentar-komentar kotor dari sekelilingnya. Alih-alih penghargaan dia peroleh, malah cemooh yang dia dapat. Pilot harus segera menyelesaikan keadaan darurat ini dengan cara bijaksana.
Nah bijaksana ini memang perlu sikap tegas : NO ghibah !, No Gosip ! berikan doktrinasi baru dalam bekerja : Kolaborasi, Sharing, Saling Menghargai, Act Globaly dan tinggalkan segala sesuatu yang tidak bermutu. Berikan target, Goal atau tujuan bersama yang jelas dan gamblang dengan performence indikator yang jelas pula. Kalau tidak, capek BOSS…!!!! disuruh main badminton diberi raket dan diberitahu Game diangka 21 tapi sebenarnya tidak game berakhirnya. Kapan mau selesai permainannya. Hadiah hanya sekedar janji bilapun ada hanya sekedar tusuk gigi dan ditambah penontonya sama sekali nggak sopan.
Turbulensi adalah kondisi di mana dalam kolom udara terjadi benturan masa udara yang datang dengan kecepatan yang cukup tinggi dan berasal dari berbagai arah yang tidak beraturan. Ada empat macam turbulensi, yaitu jet stream, clear air turbulance, wake turbulance, dan windshear.
Perusahaan kita dapat diibaratkan sebuah pesawat yang sedang terbang untuk mencapai bandara (tujuan tertentu). Dalam keadaan itu perusahaan kadang bisa jadi pernah masuk wilayah turbulensi atau malah saat ini organisasi anda masih berada dalam keadaan turbulensi. Apa yang harus kita lakukan ? Mungkin organisasi anda ibarat pesawat full atau sarat membawa penumpang. Dan tidak main-main penumpangnya adalah orang-orang yang pada level intelektualnya sudah tinggi yang sesungguhnya bisa anda mintai tolong untuk mengeluarkan pesawat dari kondisi turbulensi.
Tidak mudah untuk keluar dari zona turbulensi bagi pilot yang tidak berpengalaman atau mungkin malah tidak layak untuk menjadi seorang pilot dalam keadaan seperti ini sering kali malah ikut panik sehingga menyebabkan para penumpang kehilangan kepercayaan untuk tetap bertahan di dalam pesawat. Bayang-bayang tragedi kehancuran serta rasa tanggung jawab kepada keluarga di rumah, menyebabkan banyak penumpang yang nekat terjun “menyelamatkan” diri sendiri cuma (mohon maaf) menggunakan “parasut” atau alat penolong milik/ copyright/ branding/ stempel milik organisai atau perusahaan anda.
Pilot perusahaan anda harus segera melakukan langkah-langkah cepat untuk meyelamatkan pesawat dengan keluar dari kondisi turbelensi : Instruksi awal sekali adalah : JANGAN TINGGALKAN PESAWAT !!! DUDUK kembali ke kursi masing-masing sesuai dengan nomer tempat duduknya, dan pasang SABUK PENGAMAN !!!
Langkah berikutnya, Kenali problem atau penyebab turbulensi di perusahaan anda. agar mereka tetap dengan ikhlas duduk di kursi masing-masing dan merasakan bahaya bersama, menghadapi musuh bersama dan merasakan bahwa semua nya akan bisa diselesaikan tatkala kita dalam satu kebersamaan.
Jika perusahaan anda adalah termasuk perusahaan yang “birokratis” dan “feodal”, biasanya penyebab utama turbulensi adalah kebiasaan karyawan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sehingga waktunya sibuk untuk membicarakan orang lain, akhirnya merasa dirinya besar (tidak mau mendengarkan yang lain). Bahaya laten dari “ngrumpi” ini selain menurunkan kinerja karyawan itu sendiri, biasanya menyebabkan menghambat proses konsolidasi dan kordinasi antar organ yang ada di dalam perusahaan tersebut. Organ-organ yang ada telah tercemar oleh isu-isu yang tidak jelas kebenarannya disertai ketidak percayaan kepada para atasannya.
Jika dalam turbulensi pesawat karena putaran udara dari 2 arah, samahalnya di perusahaan anda terjadi “asimetris information” : informasi yang tidak jelas contentnya dan asal-usulnya juga tidak jelas. Sehingga kondisinya tidak kondusif dan orang yang cemerlang dalam berprestasi malah menyembunyikan prestasinya. Takut mendengar komentar-komentar kotor dari sekelilingnya. Alih-alih penghargaan dia peroleh, malah cemooh yang dia dapat. Pilot harus segera menyelesaikan keadaan darurat ini dengan cara bijaksana.
Nah bijaksana ini memang perlu sikap tegas : NO ghibah !, No Gosip ! berikan doktrinasi baru dalam bekerja : Kolaborasi, Sharing, Saling Menghargai, Act Globaly dan tinggalkan segala sesuatu yang tidak bermutu. Berikan target, Goal atau tujuan bersama yang jelas dan gamblang dengan performence indikator yang jelas pula. Kalau tidak, capek BOSS…!!!! disuruh main badminton diberi raket dan diberitahu Game diangka 21 tapi sebenarnya tidak game berakhirnya. Kapan mau selesai permainannya. Hadiah hanya sekedar janji bilapun ada hanya sekedar tusuk gigi dan ditambah penontonya sama sekali nggak sopan.
Subscribe to:
Posts (Atom)