BUDIDAYA IKAN SIDAT PELUANG BARU BISNIS MENJANJIKAN

Masih banyak orang yang belum mengenal jenis ikan ini, atau jika ketemu orang cenderung menyebutnya belut.Sidat yang mempunyai nama lain sperti Moa, Uling dan Pelus ini berbeda dengan Belut yang memang terlebih dahulu populer sebagai sumber protein yang gampang ditemui di hampir sebagian besar persawahan dan rawa-rawa di wilayah Indonesia. Tidak seperti belut yang sudah mulai dibudidayakan masyarakat dari proses pembuahan, telur sampai usia dewasa yang siap di konsumsi, untuk sidat ini baru BPP saja yang mengklaim telah berhasil menemukan teknologi budidaya Sidat.

Sejak tahun 1994 BPPT mencoba untuk memetakan dan mencari spawning ground ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor yang masih berupa glass eel dan elver. Siklus hidup ikan sidat ini berbanding terbalik dengan ikan salmon. Ikan sidat dewasa akan mengeluarkan telurnya di laut dalam, kemudian setelah menjadi glass eel dan elver, akan berpindah ke air tawar atau payau. Baru setelah menjadi dewasa ikan ini akan bermigrasi kembali ke laut dalam untuk melakukan proses pemijahan.

Selama ini belum ada pihak yang mampu melakukan budidaya dan pemijahan ikan sidat. Di Jepang sendiri dengan tingkat konsumsi ikan sidat yang tinggi belum berhasil melakukan pemijahan buatan. Dalam proses pemetaan spawning ground, kita berhasil memetakan glass eel dan betinanya saja, tetapi kami kesulitan dalam menemukan ikan sidat jantan yang akan membuahi. Kondisi itulah yang menyebabkan mengapa hingga saat ini belum ada pihak yang berhasil melakukan pemijahan.

Tim BPPT yang terdiri dari Odilia Rovara, Iwan Eka Setiawan, Husni Amarullah dan Dedi Yaniharto bekerjasama dengan Kantor Pengelola Sumberdaya Konservasi Segara Anakan (KPSKSA), Institut Pertanian Bogor (IPB), Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) di Sukabumi dan mitra industri lainnya, mencoba membudidayakan benih ikan sidat teradaptasi di Desa Panikel, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap.
Dikarenakan kami tidak bisa menemukan ikan sidat jantan untuk melakukan pembuahan, akhirnya kami mencoba menjantankan benih-benih ikan sidat dengan mengkondisikan benih ikan sidat, selain juga melakukan penambahan hormon metiltestosteron. Hasilnya, kami berhasil melakukan penjantanan ikan sidat yang nantinya akan menjadi induk, katanya.

Berbicara tentang kualitas, Odilia mengatakan bahwa masyarakat Jepang sangat mengutamakan faktor kualitas. Pada umumnya yang mereka inginkan adalah ikan sidat ukuran 50 gram. Selanjutnya mereka lah yang akan membesarkan ikan sidat tersebut hingga ukuran yang mereka inginkan. Dengan itu, rasa dan kualitas daging ikan sidat akan terjaga dengan baik.

baca selengkapnya