By Monica
ALIFAH Ahmad Maulana adalah siswa kelas 6 SDN Gadel II, Kecamatan Tandes, Surabaya, Jawa Timur. Ia melaporkan kepada orang tuanya--Widodo dan Siami--bahwa dia diperintahkan gurunya untuk menyebarkan contekan massal soal ujian kepada rekannya saat ujian nasional.
Tapi kejujuran ini justru mengundang reaksi kemarahan. Keluarga Alif justru dikucilkan dan dimusuhi di kampungnya. Tragis memang. Betapa mahalnya harga kejujuran. Lebih tragis lagi, kejujuran yang semestinya menjadi roh pendidhttp://www.blogger.com/img/blank.gifikan justru dimusuhi dan dilawan.
Kejujuran adalah barang langka yang kita temukan di negara ini, karena sudah langka dan tidak ada pemimpin, tokoh yang menjadi panutan menunjukkan kejujuran. Orang tua tidak pernah mengajarkan kejujuran kepada anaknya, tidak pernah mengajarkan etika sopan santun, sehinggga tidak mengherankan kalau kejujuran merupakan barang langka, sebaliknya kekerasan, benci, iri hati, sombong itulah yang kita tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari dan ditiru oleh keturunan kita.
(sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/15/234393/297/121/Kejujuran-Jadi-Musuh-Publik...)
Memang sungguh mengerikan hidup di negeri ini, jelas-jelas perbuatan tidak halal dan ketahuan, tetapi kenapa kok tidak mau mengakuinya. Lebih-lebih jika berhubungan dengan uang atau perut, perut memang indah tetapi bukankah ada yang paling indah dalam hidup ini yaitu akhlak yang baik. Akhlak tidak hanya perbuatan / perilaku fisik yang nampak oleh mata saja, tetapi akhlak itu harus bermuatan dengan niat hati yang bersih hanya untuk Tuhan semata.
Memahami fenomena sosial ini, kita masih dapat untuk mensyukuri karena Tuhan telah memberikan peringatan serta contoh-contoh akan adanya hari akhir dan kesejukan bagi orang-orang yang mau beriman kepada-Nya.
baca selengkapnya