PIRAMIDA DI BUMI PARAHYANGAN


Wah..ini baru berita…kalau memang terbukti kebenarannya. Dari hasil penelitian awal para ahli geologi diduga kuat ada bangunan yang menyerupai piramida. Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Gunung Lalakon di Bandung dan Gunung Sadahurip (Gunung Putri) di Garut. Walaupun penelitian awal ini juga masih menuai pro kontra dari para peneliti lainnya, tapi menurut saya karena namanya juga penelitian awal sebaiknya memang segera dilanjutkan langkah pembuktian. Bagi saya tidak begitu penting apakah nanti terbukti ada pyramid apa tidak, justru yang paling penting adalah segera menyudahi pro kontra dan marilah bekerja bersama-sama demi untuk nusantara.



Gunung Sadahurip
Sementara itu tim bencana katastropik purba yang dibentuk oleh Staf khusus Presiden bidang bantuan sosial dan bencana meyakini kuat bahwa di bawah tumpukan tanah gunung putri sadahurip Garut atau nama lain gunung leutik atau gunung Cinta merupakan Piramida tertua di dunia mengalahkan piramida Giza di Mesir. Bahkan para peneliti tersebut sudah melakukan penelitian dan menemukan berbagai macam fakta bahwa gunung putri terlihat Man Made atau buatan manusia, penelitian terus dilakukan, bahkan peneliti asing juga tertarik untuk membantu penelitian Piramida Garut tersebut. Piramida Garut yang diduga kuat di gunung Putri tersebut memang terlihat jelas perbedaan dibandingkan dengan gunung lain, karena di gunung putri tidak tumbuh pohon pohon besar, hanya tumbuh rumput saja.

Gunung di Garut, Jawa Barat itu bernama Sadahurip. Namun, ada juga orang yang menyebutnya dengan Gunung Putri, Gunung Leutik, atau Gunung Cinta. Masyarakat lokal bahkan punya sebutan sendiri: gunung keramat. Bentuknya memang tak biasa. Alih-alih kerucut, bentuk puncaknya mirip bangunan piramida seperti yang ada di Mesir. Gunung Sadahurip atau Gunung Putri kini menjadi buah bibir, gara-gara Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana menemukan anomali. Diduga ada bangunan piramida buatan manusia di dalamnya. Sebutan "gunung piramida" pun sontak populer.

Yang luar biasa, "piramida Garut" diperkirakan lebih besar dan jauh lebih tua dibanding Piramida Giza di Mesir. Sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi. Dibutuhkan proses eskavasi untuk membuktikan kebenarannya.

Gunung Lalakon

Hingga kini, mereka memang belum menemukan bangunan piramida yang mereka cari. Setidaknya, penggalian berjalan lancar, berada di jalur yang sudah mereka perkirakan sebelumnya, sesuai hasil uji geolistrik yang mereka dapatkan.

Di bawah lapisan permukaan (top soil) mereka menemukan batuan-batuan boulder andesit di kedalaman 1 – 1,6 meter. Setelah itu lapisan batu cadas sedalam 20 cm, kemudian tanah beserta lempung sedalam 20 cm, kemudian batu cadas lagi, hingga akhirnya ditemukan lagi batuan boulder andesit di kedalaman sekitar 3,5 meter.

Batu-batu boulder yang ditemukan, mereka perkirakan merupakan batu-batu bronjongan penutup bangunan piramida. Batu-batu itu memiliki ukuran yang kurang lebih sama, panjang antara 1 – 2 meter, dengan lebar dan ketebalan 30-50 cm.

Kebetulan atau tidak, batu-batu boulder itu berjejer rapi membentuk sudut sekitar 30 derajat dengan garis horizontal. Pendiri kelompok Turangga Seta Agung Bimo Sutedjo memperkirakan, batu-batu tadi sengaja dipasang demikian untuk memperkuat lapisan tanah penutup bangunan piramida, agar tidak longsor.

Bronjongan-bronjongan tadi seolah-olah tersusun secara teratur dengan sudut kemiringan 30 derajat. Bahasa kaki limanya, seolah-olah tak datang seenak jidatnya. Siapa yang mengatur? Wallahua’lam bish shawab,

Tidak menampik bahwa mungkin memang ada campur tangan atau ada gaya-gaya di luar kemampuan alamiah yang menyebabkan batu-batu bronjong tadi tersusun secara seragam.
Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan bila batuan andesit di Gunung Lalakon mengalami pelapukan secara alamiah sehingga secara ‘kebetulan’ membentuk batu-batu andesit padat yang seolah-olah berbaris sejajar ke arah sudut kemiringan 30 derajat.
Ada pendapat lain bahwa ‘batu-batu bronjongan’ tadi belum membuktikan apa-apa, batu-batu boulder besar yang tersusun berjejer itu adalah endapan lahar dari gunung berapi. Secara sekilas, batu-batu itu bisa dikatakan merupakan joint atau kekar yang merupakan rekahan batuan yang terbentuk teratur karena pelapukan alami.

Sedangkan hasil uji geolistrik tidak bisa diinterpretasikan begitu saja. Sebab, tetap harus diuji dengan metode lain.Geolistrik itu kan pemodelan dari perekaman sifat resistivitas batuan. Tapi itu bukan seperti uji seismik, yang memantulkan apa yang ada didalam, ini sinyal resistivitas, Dari hasil uji geolistrik Gunung Lalakon memang seolah-olah menunjukkan suatu struktur lapisan yang teratur. Terdapat lapisan batuan yang keras dan lebih lunak, dan membentuk pola yang berulang. Walaupun begitu geolistrik hanya mengukur resistivitas batuan, tapi tidak memastikan tipe batuan. Boleh jadi resistivitasnya sama. Tapi belum tentu jenis batuannya juga sama,
Kesimpulannya yach diteruskan saja penelitiannya, kebanyakan awal dari penelitian ya seperti itu. Sudah biasa dan lanjutkan sampai tuntas.

sumber: dari berbagai sumber di internet dengan kata kunci gunung lalakon dan gunung sadahurip